Selasa, 14 Juli 2015

Riwayat Qarati: Sayid Ini Lagi, Belum Mengerjakan Shalatnya!

Riwayat Qarati: Sayid Ini Lagi, Belum Mengerjakan Shalatnya! 







“Sayid ini lagi, belum mengerjakan shalatnya!”

 Salah satu ulama Qom mengatakan, “Saya belajar kepada Imam Khomeini di madrasah Dar as-Syifa. Di tengah-tengah pelajaran saya baru ingat kalau belum shalat. Sementara matahari hampir tenggelam. Dalam hati saya berkata, jelek bila di pertengahan pelajaran saya harus bangun berdiri. Saya terpikir untuk menutupi hidung saya dan keluar dari kelas dengan alasan mimisan. Spontan Imam Khomeini berkata:
“Sayid ini lagi, belum mengerjakan shalatnya!”



Kemazluman orang-orang beragama

Di masa pemerintahan taghut, menteri pendidikan protes kepada salah satu kepala sekolah seraya berkata, “Mengapa murid-murid anda keluar masuk dengan memakai chadur?”
Kepala sekolah menjawab, “Pak Menteri! Anggap saja kami juga termasuk kelompok minoritas, mereka memiliki kebebasan dalam agamanya, paling tidak berilah kebebasan kepada kami sebagaimana anda memberikan kebebasan kepada para pemeluk Yahudi.”



Waktunya olahraga

Sejumlah kepala negara sedang menemui Imam Khomeini, tiba-tiba Imam Khomeini melihat jam dan berkata, “Sudah terlambat.”
Ditanya, “Agha, ada apa?”
Imam Khomeini berkata, “Waktunya olahraga sudah terlambat.”



Nilai waktu

Ketika Imam Khomeini diasingkan ke Turki, beliau tidak dibawa dengan pesawat penumpang karena takut Imam Khomeini mempengaruhi para penumpang untuk bangkit, itulah mengapa beliau dibawa dengan pesawat kargo. Beliau memanfaatkan kesempatan dan membuka pembicaraan dengan pilot.
Ketika sampai di Turki, Imam ditahan di dalam sebuah ruangan dan bahkan tidak diizinkan untuk membuka korden untuk mendapatkan sinar matahari dan ada satpan yang ditunjuk untuk menjaganya. Imam Khomeini juga memanfaatkan kesempatan ini dan membuka pembicaraan dengan satpam Turki dan terus menerus menanyakan kosa kata Turki.
Yang ajaib adalah selama satu tahun Imam Khomeini berhasil menulis dua jilid buku Tahrir al-Wasilah di ruangan yang gelap itu juga.



Kemuliaan kaum muslimin

Lembaga Bimbingan Pemikiran Anak-Anak dan Remaja bertanya kepada Imam Khomeini, “Kami ingin mengimpor sebagian buku anak-anak dari luar negeri dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Persia, apa yang harus kami lakukan?”

Imam Khomeini berkata, “Kalian bisa melakukan hal ini dengan syarat jangan menjadikan orang kafir sebagai pahlawan bagi anak-anak!”



Menggunakan umur

Para dokter Imam Khomeini menganjurkan kepada beliau, “Anda harus berbaring terlentang dan menggerakkan kedua kaki seperti orang bersepeda.”
Salah satu penjaga Imam Khomeini berkata, “Begitu saya masuk ruangan, Imam Khomeini sedang menjalankan anjuran dokter. Beliau mendudukkan cucunya di dadanya, menyalakan tv tanpa suara dan mendengarkan radio sambil membaca zikr. Saya berkata dalam hati, “Inilah yang dinamakan menggunakan umur dengan baik.”



Tidak Menyapa Pezalim

Selama empat belas tahun Imam Khomeini berada di Najaf, beliau setiap malam menziarahi makam Amirul Mukminin Ali as. Satu malam Imam Khomeini tidak pergi ke makam. Setelah itu ketahuan bahwa pada malam itu ada duta Iran, yakni wakil Shah Pahlevi datang ke makam dan disyuting.



Menghormati milik umum
Syahid Haj Mosthafa Khomeini berkata, “Kami berjalan kaki mendampingi Imam Khomeini di kota Hamedan dan sampai pada sebuah taman yang ditanami rumput.

Imam Khomeini berjalan kaki cukup jauh tapi beliau tidak mau menginjakkan kakinya ke taman itu dan berkata, “Kami tidak mengakui rezim thaghut, tapi taman ini dibangun dengan uang masyarakat dan saya tidak mau menginjakkan kaki di atasnya.”



Kemuliaan jiwa

Ketika Imam Khomeini berada di Najaf, dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para ulama, datanglah wakil Saddam Husein. Tentunya pada saat itu tidak ada yang tahu betapa buruknya Saddam Husein.
Sejumlah orang bangun berdiri sebagai tanda hormat ketika wakil Saddam Husein masuk. Tapi Imam Khomeini tidak bangun berdiri.



Kerendahan hati seorang ulama

Semangat revolusi telah memenuhi semua kota. Para pemuda revolusioner Jahroum juga berharap Ayatullah Haghshenas – salah satu ulama pecinta Imam Khomeini dari provinsi Fars – masuk ke lapangan dengan semangat yang lebih menggebu-gebu. Beliau berkata, “Harus ada perintah dari Imam Khomeini sehingga saya juga bergerak.”
Para pemuda revolusioner berkata. “Orang tua ini harus kita balas. Mereka datang ke depan pintu rumah beliau dan berkata, “Anda bukan ulama revolusioner. Anda adalah ulama masa Raja Naseroddin. Anda berguna untuk seratus tahun yang lalu.”
Beliau dengan wajah yang ramah menjawab mereka, “Demi kakekku, aku juga tidak berguna untuk seratus tahun yang lalu, sekarang silakan masuk ke dalam rumah untuk minum teh bersama-sama.”
Para pemuda saling memandang satu sama lainnya dan merasa terlucuti senjatanya. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)



Sumber: Khaterat Hujjatul Islam Qaraati, Jilid 2.

0 komentar:

Posting Komentar