Dunia yang memisahkan wanita dari dalam rumah tangga, menyeretnya keluar dengan janji-janji semu, membuatnya tidak punya perlindungan dan pertahanan di hadapan pandangan dan perilaku sosial yang cabul dan membuka peluang untuk mengganggu hak-haknya, sejatinya adalah melemahkan wanita sekaligus menghancurkan rumah tangga, juga menjadikan generasi yang akan datang terancam dan mewujudkan bencana terhadap setiap peradaban dan budaya yang memiliki logika ini. Yang demikian ini sekarang sedang terjadi di dunia dan semakin hari semakin parah. Saya sampaikan kepada kalian bahwa ini merupakan banjir yang membahayakan yang daya perusaknya akan tampak dalam jangka panjang dan akan memusnahkan dan meluluhlantakkan fondasi peradaban Barat. Dalam jangka pendek tidak ada sesuatu yang bisa dipahami. Semua ini baru akan menampakkan dirinya dalam jangka seratus-dua ratus tahun dan tanda-tanda krisis moral di Barat ini sekarang sedang menampakkan dirinya.
Islam telah menghormati wanita dalam makna yang sebenarnya. Bila bersandar pada peran ibu dan kehormatan ibu di dalam rumah tangga atau bertopang pada peran wanita, pengaruh wanita, hak-hak wanita dan batas-batasan wanita di dalam rumah tangga, sama sekali bukan berarti melarang wanita dari berpartisipasi dalam urusan sosial dan ikut campur dalam perjuangan dan aktivitas umum. Sejumlah orang tidak memahami atau salah memahami, sejumlah orang lainnya yang sakit jiwa juga memanfaatkan pemahaman salah ini. Seakan-akan wanita hanya harus sebagai ibu yang baik dan istri yang baik saja atau hanya harus berpartisipasi dan beraktivitas sosial. Masalahnya tidak demikian. Harus menjadi ibu yang baik dan istri yang baik sekaligus berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Fathimah Zahra as adalah simbol penggabungan ini. Gabungan antara pelbagai posisi. Contoh lainnya adalah Zainab Kubra as. Para wanita terkenal masa permulaan Islam dan wanita unggulan adalah contoh-contoh lainnya. Mereka berada dan hadir di tengah-tengah kehidupan sosial.
Ketidakpahaman tentang memuliakan wanita dalam Islam dibarengi dengan pelajaran salah yang dicekokkan atas nama memuliakan wanita dalam peradaban Barat. Hal ini sudah dicampur dan muncullah sebuah gerakan pemikiran yang salah.
Wanita dalam rumah tangga adalah mulia dan terhormat dan merupakan poros menejemen dalam rumah tangga, lilin bagi semua anggota keluarga, sumber keakraban, ketenangan dan ketentraman. Lembaga rumah tangga yang merupakan telaga kecil ketenangan hidup setiap manusia yang penuh tantangan dan penuh usaha, akan menemukan ketenangan, ketentraman dan keyakinan dengan adanya wanita. Pada saat itu perannya sebagai istri, sebagai ibu, sebagai putri rumah tangga; masing-masing memiliki kehormatan dalam masa yang panjang. Oleh karena itu, pada hakikatnya harus ada penulisan, pembicaraan dan perhatian kembali di bidang nilai dan kemuliaan wanita dalam perspektif Islam. (5/5/1374)
Simbol Wanita Agung dalam Al-Quran
“Almar’atu Sayyidatu Baitiha” (Nahjul Fashahah, hadis 2177) Wanita sebagai tuan di rumahnya. Ini dari Rasulullah Saw...beliau mengatakan kepada para lelaki, “Paling baiknya kalian adalah mereka yang paling baik dalam bersikap kepada istrinya.” Ini adalah pendapat Islam dan masih banyak lagi yang seperti ini. Yang disebutkan dalam al-Quran sebagai contoh bagi orang mukmin dan yang diridai Allah, dan orang kafir dan yang ditolak di sisi Allah adalah wanita. Ini adalah hal yang menarik. Ketika al-Quran ingin menyebutkan contoh bagi orang yang baik dan orang yang jelek, keduanya dengan memilih wanita. “Dharaballahu Matsalam Lilladziana Kafaru Imraata Nuhin Wa Imraata Luthin... Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir” (QS. Tahrim:10-12) al-Quran telah menjadikan dua wanita sebagai ‘perumpamaan’ yakni mengenalkan istri Nuh dan istri Luth sebagai contoh dan simbol wanita-wanita yang jelek. Kemudian sebaliknya “Wa Dharaballahu Matsalan Lilladzina Amanu Imraata Firauna... Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman” dua orang wanita dikenalkan sebagai simbol wanita yang baik, wanita yang agung dan wanita mukmin; satunya adalah istri Firaun dan satinya lagi adalah Sayidah Maryam. “Wa Maryama Ibnata Imrana Allati Ahshanat Farjaha...Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya.” Yang menarik adalah keempat wanita ini, kebaikan dan kejelekannya terkait dengan lingkungan rumah tangga. Terkait dua wanita yang jelek itu “Imraata Nuhin Wa Imraata Luthin”. Disebutkan, “Kanata Tahta Abdaini Min Ibadina Shalihaini Fakhanatahuma” Dua wanita ini mengkhianati suaminya masing-masing yang keduanya adalah nabi yang memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi. Masalahnya adalah masalah rumah tangga. Masalah dua wanita lainnya juga terkait dengan rumah tangga. Yang pertama adalah istri Firaun dimana nilai dan sesuatu menurutnya penting adalah mengasuh seorang nabi Ulul Azmi, seorang yang bernama Musa Kalimullah dan beriman kepadanya dan menolongnya. Itulah mengapa Firaun balas dendam padanya. Masalahnya adalah masalah dalam rumah tangga yaitu pengaruh keagungan perbuatannya yang berhasil mendidik Musa. Terkait dengan Sayidah Maryam juga demikian. “Allati Ahshanat Farjaha” Ia telah menjaga kehormatannya. Ia telah menjaga kesuciannya. Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan Sayidah Maryam pasti ada faktor-faktor yang bisa mengancam kehormatan dan kesucian seorang wanita mulia dan ia bisa melawannya. Dengan demikian semuanya terkait dengan sisi-sisi penting yang sudah dijelaskan yaitu sisi rumah tangga dan masalah kedudukan wanita di tengah masyarakat. (1/3/1390)
==========================================================================
Source : http://indonesian.irib.ir
0 komentar:
Posting Komentar