Jumat, 16 Desember 2016

Bebasnya Aleppo dan Terbongkarnya Kedok Kampanye Save Aleppo





"Turut berbahagia atas direbutnya kembali Aleppo dari tangan pemberontak. Selamat untuk Suriah, selamat untuk warga Aleppo. Puing-puing kota Aleppo akan menjadi saksi, siapa sebenarnya yang membangunnya, siapa yang sebenarnya menghancurkannya."


Aleppo adalah diantara kota penting di Suriah dan termasuk kota tertua di Dunia. Sudah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Letaknya yang strategis sebagai pusat perdagangan menjadikan kota ini sering menjadi rebutan dan pernah dibawah kekuasaan bangsa yang beragam. Mulai dari Hitit (2000 M), Mesir dan Asiria (abad ke 8 SM), Persia (abad ke 6 SM), Macedonia (332 SM), Romawi (64 SM), Arab (635 M), Tartar (1260), Mongol (1398) Kesultanan Ustamaniyah (1517 M) dan Perancis (1920) dan menjadi bagian negara Suriah sejak tahun 1944.

Pernah ditaklukkan bangsa yang beragam menjadikan negara ini memiliki banyak bangunan dan situs bersejarah. Termasuk kebaragaman penduduknya, dari agama, suku dan tradisi. Dibawah pemerintahan Suriah setidaknya sampai tahun 2011, warga Aleppo hidup dalam keadaan damai dan harmonis.







Tahun 2011 kelompok pemberontak yang diback up negara-negara Barat termasuk Turki masuk ke Aleppo dan menguasainya. Kelompok pemberontak tersebut kemudian mendeklarasikan Aleppo bagian dari negara Islam. Dari situlah kepedihan dan penderitaan warga Aleppo bermula. Kelompok pemberontak memaksakan hukum Islam versi mereka untuk diterapkan pada warga Aleppo yang heterogen. Mereka menjadikan tawanan bahkan menjadi rampasan  perang warga Aleppo yang non muslim. Mereka menjadikan tawanan sebagai budak-budak mereka. Tidak jarang warga yang melawan dan tidak kooperatif akan dengan mudah mereka bunuh. Mereka menyebarkan video-video saat mengeksekusi dengan sadis warga yang tidak pro mereka untuk meneror warga. Tidak jarang, warga umum dipaksa untuk menyaksikan aksi eksekusi tersebut.

Hidup dalam ketakutan dan kecemasan, serta harapan hidup layak yang nyaris tidak ada di bawah kekuasaan pemberontak, siapakah yang simpatik pada warga Aleppo?. Apakah saat-saat itu ada gerakan kampanye save Aleppo di Indonesia?.

Related image


Sebagai bagian teritorialnya, yang kemudian direbut paksa, wajar jika Suriah menjalankan misi merebut kembali Aleppo. Namun mengapa misi pembebasan itu memakan waktu yang berlarut-larut? Itu karena keberadaan warga sipil. Keberadaan warga sipillah yang membuat militer Suriah kesulitan untuk menyerang kelompok pemberontak di Aleppo. Bahkan sudah menjadi fakta yang tidak bisa dibantah, pemberontak menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup ketika militer Suriah melancarkan serangan. Hasil investigasi PBB dan lembaga HAM Internasional menyebutkan itu.

Keterlibatan Rusia membantu misi pembebasan itu sedikit memberikan harapan. Tapi tetap saja, upaya pembebasan Aleppo memakan waktu yang tidak sedikit. Kalau Suriah dan Rusia tidak mau peduli dengan nasib warga sipil Aleppo, beberapa RS-28 Sarmat (rudal canggih jelajah) milik Rusia sudah cukup untuk menghancur leburkan Aleppo dalam 2 detik sekaligus menewaskan semua teroris didalamnya. Ketika Rusia dan Suriah menahan diri untuk tidak menggunakan rudal-rudal dengan daya ledak dasyhat selama itu, maka mungkinkah mereka dengan sengaja menjadikan warga sipil, perempuan dan anak-anak sebagai target untuk mereka turut habisi juga?.

Kalau memang sejak awal, isu bahwa Bashar Assad hendak membunuhi warganya yang Sunni itu benar, tentu untuk merebut kembali Aleppo harusnya militer Suriah tidak perlu peduli pada nasib warga Aleppo. Berlarut-larutnya misi pembebasan Aleppo, menjadi fakta, Suriah berusaha membebaskan Aleppo dengan meminimalisir korban dari warga sipil. Itulah yang menjadikan misi tersebut menjadi sulit. Ketika ada korban dari warga sipil berjatuhan, itu hal yang tidak bisa dihindari dalam perang. Dan logiskah, warga yang ribuan tahun hidup secara harmonis ditengah banyaknya perbedaan yang ada, tiba-tiba terhasut saling bunuh karena beda mazhab?.

Media-media pendukung teroris di Indonesia tidak pernah memperlihatkan militer Suriah yang secara dramatis melakukan safety corridor,  membantu ribuan warga Aleppo mengungsi sembari tetap membalas serangan-serangan pemberontak. Tidak pernah memperlihatkan warga Aleppo yang melarikan diri dari cengkraman pemberontak. Tidak pernah memperlihatkan suasana kehidupan warga Aleppo yang damai dan hidup layak sebelum pemberontak memasuki kota mereka dan tidak pula memperlihatkan adanya aksi besar-besaran warga Aleppo mendukung Bashar Assad diawal-awal terjadinya konflik berdarah di Aleppo.



Yang mereka blow up adalah foto anak-anak dan warga sipil yang menjadi korban dalam perang. Siapakah yang lebih dulu menjadikan Aleppo sebagai ajang pertempuran?. Siapakah yang lebih dulu memasuki Aleppo dengan memanggul senjata dan menyebar teror kepada warga?. Siapakah yang dengan mudah menghabisi nyawa warga di jalan-jalan yang kemudian mendokumentasikan dan menyebarnya untuk menakut-nakuti warga?. Selama diserang tentara Suriah dan Rusia apakah ada upaya dari pemberontak untuk menyelamatkan warga sipil agar tidak menjadi korban perang?. Apa ada kamp pengungsian yang dibuat oleh pemberontak untuk warga Aleppo?.








Ketika Suriah telah hampir mencapai targetnya membebaskan Aleppo, tiba-tiba dengan massif media-media propagandis teroris menunjukkan simpatiknya pada warga Aleppo dengan mengkampanyekan tagar save Aleppo dimedia-media sosial. Disaat yang sama mengutuk dan mengecam Suriah dan Rusia sebagai biang keladi tragedi kemanusiaan di Aleppo.

Siapakah yang sakit hati ketika Aleppo kembali di pangkuan Suriah?. Jawabannya, adalah kelompok pendukung pemberontak: Turki dan sekutunya di Timur Tengah, sejumlah negara Eropa, Amerika Serikat bahkan Israel, yang menyempatkan melakukan serangan udara ke kota Damaskus untuk mengalihkan perhatian militer Suriah ketika meraih keberhasilan besar di Aleppo. Apakah itu bukan bukti nyata adanya keterlibatan negara-negara pro Zionis itu dalam tragedi kemanusiaan di Suriah?.

Dan siapakah yang berbahagia?. Anda tidak akan menemukan video dan foto-foto selebrasi suka cita dan kegembiraan warga Aleppo ketika akhirnya pemberontak takluk dan Aleppo kembali berada dalam kontrol sepenuhnya Suriah pada media-media yang mengkampanyekan gerakan simpatik save Aleppo.







Aleppo kembali kepangkuan Suriah, meski dalam keadaan hancur lebur. Namun setidaknya, masih banyak warganya yang bisa diselamatkan. Bagaimanapun disetiap perang, warga sipillah yang paling merasakan penderitaan dari jahatnya perang.

Turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk warga sipil Aleppo yang telah gugur, juga untuk para pejuang yang telah menebus nyawanya dalam misi pembebasan kota Aleppo.





Turut berbahagia atas direbutnya kembali Aleppo dari tangan pemberontak. Selamat untuk Suriah, selamat untuk warga Aleppo. Puing-puing kota Aleppo akan menjadi saksi, siapa sebenarnya yang membangunnya, siapa yang sebenarnya menghancurkannya.






=====================================================
Source : id.abna24.com

1 komentar:

  1. Kalau memang pemerintah bashar assad mencintai rakyatnya, kenapa bukan mereka yang membuka pintu dan mengeluarkan pengungsi perang dari kota aleppo. Tidak perlu sampai turki meminta gencatan senjata dan masuk ke kota aleppo untuk mengeluarkan para korban perang. 6 tahun menjadi arena pertempuran tetapi tidak ada upaya mengeluarkan rakyatnya dari sana.

    Artikel ini sangat memuakkan. Penuh kebohongan dan fitnah.

    BalasHapus