Sabtu, 17 Maret 2018

Nahj al-Balaghah : Tuhan, Yang Awal Yang Akhir, Yang Zahir Yang Batin






Dari sejumlah topik yang dibahas Nahj al-Baldghah adalah konsep bahwa Allah adalah Yang Awal dan YangAkhir, Yang Zahir dan Yang Batin. Tentu saja ini, seperti halnya konsep lainnya, telah disimpulkan dari al-Quran suci. Meski di sini kami tidak akan mengutip ayat-ayat dari al-Quran. Allah adalah Yang Awal, tapi keazalian-Nya tidaklah temporal sehingga berlawanan dengan Wujud-Nya Yang Akhir. Dia Zahir, tapi bukan dalam arti wujud yang secara fisik bisa dilihat atau dipersepsi oleh kekuatan indrawi. Sifat Zahir-Nya tidak bertentangan dengan Sifat Batin-Nya. Sesungguhnya, Keazalian-Nya identik dengan Keabadian-Nya. Demikian pula Sifat Zahirnya identik dengan Sifat Batin-Nya. Keduanya bukan dua hal yang berbeda.

Segala puji bagi Allah Yang keadaan-Nya yang satu tiada mendahului keadaan-Nya yang lain. Maka tiadalah Dia (menjadi) Yang Awal sebelum Dia menjadi Yang Akhir, atau Yang Zahir sebelum Yang Batin.17

Waktu tidak bersama Dia, atau Dia tidak membutuhkan bantuan alat-alat dan perantara-perantara. Wujud-Nya mendahului waktu. Eksistensi-Nya mendahului ketiadaan dan keazalian-Nya mendahului semua per-mulaan.18

Zat Tuhan yang mendahului waktu, ketiadaan, permulaan, dan akhir merupakan salah satu konsep yang paling mendalam dari filsafat al-h.ikmah. Dalam hal ini, permasalahan keazalian Tuhan (azaliyyah) itu menyangkut keberadaan-Nya, yang mempunyai pengertian lebih besar daripada ‘wujudnya [segala sesuatu] di sepanjang zaman’; pasalnya, ‘kehadiran di sepanjang zaman’ mengasumsikan eksistensi di dalam waktu. Namun, Wujud Tuhan tidak hanya berada di sepanjang zaman, bahkan Wujud-Nya mendahului waktu itu sendiri. lnilah pengertian keazalian Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa kemendahuluan-Nya merupakan sesuatu yang lebih besar ketimbang aspek duniawi yang mendahului.

Segala puji bagi Allah, yang bukti Keberadaan- Nya melalui ciptaan-Nya, yang bukti keazalian-Nya melalui kebaruan (11.uduts) makhluk-Nya. Keunikan-Nya terbukti melalui keserupaan dan kemiripan di antara ciptaan- ciptaan-Nya. Indra-indra tidak bisa melihat- Nya dan tak ada sesuatu pun yang mampu menyembunyikan-Nya.19

Yaitu, Tuhan adalah Yang Zahir sekaligus Yang Batin. Karena Diri-Nya sendiri, Dia Zahir, tapi Tersembunyi dari indra manusia. Kegaiban-Nya dari indra manusia disebabkan keterbatasan manusia sendiri dan bukan karena Diri-Nya.

Ia tidak membutuhkan bukti bahwa eksistensi-Nya sinonim dengan manifestasi. Semakin kuat eksistensi suatu wujud, semakin nyata ia. Sebaliknya, semakin lemah ia dan bercampur dengan nirwujud (non-being), semakin rendah potensi kewujudannya pada dirinya sendiri ataupun pada yang lain.

Bagi segala sesuatu, ada dua mode wujud: wujud  dalam dirinya sendiri (wujud ft nafsih), dan wujud karena yang lain. Wujudnya segala sesuatu bagi kita tergantung pada sistem indra kita dan kondisi-kondisi khusus tertentu. Demikian pula, manifestasi sesuatu ada juga dua jenis: manifestasi dalam dirinya sendiri (zhuhur ft nafsih) dan manifestasi karena yang lainnya.

Indra-indra kita, disebabkan keterbatasan kita, hanya mampu mempersepsi sejumlah objek terbatas yang memiliki ciri-ciri kesamaan dan pertentangan. Indra bisa mempersepsi warna-warna, bentuk-bentuk, suara-suara, dan lain-lain, yang dibatasi secara ruang dan waktu. Yakni,eksistensi mereka dibatasi dalam ruang dan waktu tertentu. Sekarang jika ada cahaya yang seragam, selalu ada di manapun, itu tidak akan bisa dipersepsi. Suara yang terus menerus selalu terdengar monoton dimana-mana tidak akan bisa didengar.

Wujud Tuhan, yang merupakan wujud mutlak dan realitas absolut, tidak dibatasi ruang dan waktu manapun, dan tersembunyi dari indra-indra kita. Namun Tuhan pada Dirinya Sendiri secara mutlak nyata. Kesempurnaan Sifat Zahir-Nya, yang berasal dari kesempurnaan Wujud-Nya, adalah sebab dari ketersembunyian-Nya dari indra-indra kita. Dua aspek Sifat Zahir-Nya dan Batin-Nya adalah satu dan sama dalam Zat-Nya, Dia tersembunyi karena Dia secara sempurna nyata, dan ini menyempurnakan kejelasan yang menabiri-Nya.

Engkaulah yang tersembunyi karena cerlang kesempurnaan-Mu Engkaulah yang [elas, tersembunyi dalam kejelasan-Mu.
Tabir pada wajah-Mu adalah juga wajah-Mu Maka teranglah Engkau, kejelasan-Mu menyembunyikan-Mu dari maia-maia dunia.



Sumber : Murtdha Muthahhari : Tema-Tema Pokok Nahj AL-Balaghah

Footenote :

17 Najhul al-Balaghah , khutbah   65, hal.96.

18  Ibid.,  khutbah  186, hal. 272-3.

19  Ibid., khutbah   152, hal.211-12.





Source Web : Syiah Menjawab

0 komentar:

Posting Komentar