Selasa, 13 September 2016

KARBALA DALAM KITAB AHLUSUNAH



Oleh: Ayatullah Kamal Al-Haydari




Alasan pertama saya menghadirkan tema ini sebenarnya sederhana. Ketika kita mempelajari Dinasti Umayyah secara keseluruhan dan melihat ciri-cirinya, kita akan menemukan usaha mereka untuk melemahkan dan mengecilkan nilai dan tragedi yang terjadi di Karbala. Lebih khusus lagi, mereka tidak memberikan perhatian terhadap pentingnya darah di Karbala yang merupakan bagian dari cucu dari Nabi Muhammad saw.
Karenanya mereka mencoba untuk merendahkan daerah Karbala, tanah Karbala, tempat syahidnya Imam Husain a.s. dan membuat orang percaya bahwa semua hal itu tidak terlalu bernilai sebagaimana penilaian pengikut mazhab ahlulbait as. Lebih dari itu, mereka mencoba menjelaskan hal lain yang lebih penting. Seperti apa? Mereka lebih mengutamakan darah Umar bin Saad, si pembunuh Imam Husain, dengan mengatakan bahwa kematiannya lebih penting daripada kematian Imam Husain a.s.

Mungkin hal ini terkesan aneh, tapi akan kita bacakan sumber teks dari sudut pandang [pendukung] Umayyah yang akan menjelaskan realita tersebut. Fakta yang ingin kami bahas adalah usaha mereka untuk benar-benar mengecilkan nilai pergerakan dan revolusi Al-Husain tidak hanya pada masanya tapi hingga saat ini. Para pemirsa bisa menyaksikan saluran-saluran televisi (Wahabi) yang memiliki hubungan dengan Umayyah dan bisa melihat bahwa mereka memusatkan (kritik) pada slogan, darah Al-Husain, turbah Karbala dan menangisi Al-Husain serta penyalahgunaan turbah.

Hubungan tema kita kali ini dan tema pengaruh Umayyah dalam Islam adalah kenyataan bahwa masalah Al-Husain bukanlah sesuatu yang Syiah ciptakan. Bukanlah hal yang mazhab dan Syiah ahlulbait mulai dan buat-buat. Masalah Al-Husain, darah dan tanahnya, dinilai penting oleh wahyu Ilahi. Sebuah masalah yang penutup para nabi saw. berikan perhatian dan beliau tangisi. Saat ini saya tidak sedang ingin membahas apa yang pemimpin ahlulbait katakan tentang tanah Karbala dan darah Imam Husain, tapi lebih kepada apa yang nabi saw. dan Imam Ali bin Abi Thalib katakan tentang tanah Karbala dan Imam Husain.

Saya ingin perjelas bahwa ketika saya mengatakan tanah Karbala bukanlah potongan yang dibuat untuk sujud (turbah) namun seluruh tanah/daerah Karbala. Yakni bermakna bahasa bukan istilah. Tapi ini hal lain yang mungkin kita bahas lain waktu. Saya juga ingin memperjelas mengapa kita membahas masalah ini adalah karena nabi juga memberikan perhatian penting. Kami menganggap tanah tersebut suci dan diberkahi karena nabi memberikan nilai luar biasa dan perhatian khusus pada tanah tersebut yang tidak beliau berikan pada darah atau tanah orang lain.

Lalu bagaimana usaha Umayyah untuk mengecilkan nilai dan pentingnya hal ini? Kita bisa melihat apa yang Syekh Ibnu Taimiah katakan—mereka menggelarinya Syekhul Islam dan menyebutnya sebagai pencinta Ali dan ahlulbait—dalam Minhâj As-Sunnah An-Nabawiah jil. 3 yang ditahkik Dr. Muhammad Rasyad Salim, cet. 2 tahun 1999 M. Perhatikan apa yang dia katakan di hal. 70 kitab ini agar menjadi jelas bagi seluruh kaum muslimin dan pengikut Ibnu Taimiah yang yakin bahwa beliau mencintai ahlulbait dan keluarga Imam Husain, cucu nabi, pemimpin pemuda surga:

ومن المعلوم أن عمر بن سعد أمير السرية التي قتلت الحسين مع ظلمه وتقديمه الدنيا على الدين لم يصل في المعصية إلى فعل المختار بن أبي عبيد الذي أظهر الإنتصار للحسين وقتل قاتله بل كان هذا أكذب وأعظم ذنبا من عمر بن سعد

“Sudah maklum bahwa Umar bin Saad adalah pemimpin as-sariyyah (detasemen)…”

Lihatlah bagaimana dia merendahkan masalah ini. Jadi, orang yang membunuh Imam Husain hanyalah sariyyah? Seratus atau dua ratus orang? Bukan tentara lengkap (jaisy) yang diutus Ibnu Ziad atas perintah Yazid untuk memerangi dan membunuh Husain?

“Bahwa Umar bin Saad adalah pemimpin sariyyah yang membunuh Husain…

Dia mengakui bahwa Umar adalah pembunuh Husain.

“…meskipun dia (Umar) berbuat zalim…”

Syekh mengakui bahwa Umar telah berbuat zalim, tidak lebih dari itu.

“…dan pengutamaannya terhadap dunia di atas agama, namun dosanya tidaklah seburuk yang dilakukan Mukhtar bin Abi Ubaid yang menunjukkan kemenangan demi Husain dan membunuh pembunuhnya.”

Artinya, maksiat atau dosa Mukhtar lebih buruk di mata Tuhan dibandingkan dosa pembunuh Husain. Ini juga berarti bahwa darah Umar bin Saad lebih penting, lebih agung, dan lebih mulia jika dibandingkan dengan darah Imam Husain menurut Ibnu Taimiah.

Hal inilah yang saya ingin para pemirsa perhatikan. Saya menyampaikan ini dengan rasa kasihan dan sedih. Saya tidak tahu lagi apa yang mesti dikatakan. Mungkinkah kebencian (nashb) terhadap ahlulbait lebih buruk daripada kebencian terhadap Umar bin Saad? Apa makna nashb? Apakah ada bentuk nashb yang lebih buruk daripada membunuh? Adakah yang lebih buruk dari apa yang dia lakukan terhadap Husain dan keluarganya?

Seseorang bisa saja membebaskan Yazid dari segala (tuduhan) kejahatan dengan mengatakan bahwa dia tidak di sana, dia tidak memerintahkan hal tersebut terjadi, kita bisa membahasnya lain waktu, meski sudah jelas itu kebohongan dan Yazid memerintahkannya.

Hal tersebut juga berarti bahwa dosa Mukhtar yang membunuh pembunuh Husain lebih besar jika dibandingkan dengan dosa orang yang membunuh Husain. Hal ini juga berarti dosanya lebih besar dibandingkan orang yang membunuh ahlulbait dan sahabat nabi, karena beliau dianggap sebagai salah satu sahabat nabi yang mulia. Inilah logika yang membela Ibnu Taimiah dan ideologi yang mengatakan kami mencintai Yazid, Muawiyah, dan dinasti Umayyah dan mereka sahabat rasul. Inilah logika yang sama sampai hari ini. Bagaimana mereka menunjukkannya? Mereka mengatakan “Ini perbuatan bidah dan nabi tidak pernah melakukannya!” Sekarang, mereka sendiri yang melakukannya.

 فهذا الشيعي شر من ذلك الناصبي

“Maka pengikut Syiah ini (Mukhtar) lebih buruk daripada nâshibî itu (Umar).”

Perhatikan bagaimana Ibnu Taimiah tahu bahwa Umar bin Saad adalah seorang nasibi tetapi tetap dibelanya. Jika dia nasibi maka dia seorang munafik dan berada di neraka terdalam. Pada saat yang sama dikatakan bahwa seorang Syiah lebih buruk dari seorang munafik. Saat ini kita sama sekali tidak sedang membicarakan Syiah dan munafik, tetapi ideologi (manhaj) dari orang yang mengatakan hal tersebut. Ideologi yang mengatakan bahwa nâshibî (orang yang dasar agamanya membenci Ali dan membela Muawiyah) lebih baik dari orang yang mencintai Ali dan membenci Muawiyah. Padahal nabi mengatakan “Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Ali dan tolonglah orang yang menolong Ali”, “Mencintainya adalah bagian dari iman, membencinya adalah kemunafikan.” (HR. Muslim)

Pertanyaan selanjutnya, apakah pembunuh Husain lebih rendah dari pembunuh Umar bin Saad? Apakah darah Umar bin Saad lebih mulia dan lebih agung daripada darah Imam Husain? Inilah yang menjadi pembahasan kita berikutnya, insya Allah. Agar kita bisa melihat apa yang dikatakan ulama madrasah sahabat (ahlusunah) dan ulama Islam tentang darah Husain dan tanah tempat darah Husain tertumpah.







-- Source : allaboutahlulbait.blogspot.sg

0 komentar:

Posting Komentar