Al-Hasan adalah cucu Rasulullah SAW, putra dari Ali bin Abu Thalib. Ia tumbuh dengan pertumbuhan luar biasa yang didukung dengan akhlak kenabian dan Alqur'an yang dahsyat. Ia mirip dengan kakeknya dalam bentuk pisik dan akhlaknya. Ayahnya Imam Ali telah mendidiknya dengan baik.
Al-Hasan sangat dekat dengan ayahnya. Ia senantiasa berbicara jujur kepada ayahnya dan menyampaikan dengan terbuka apa yang terbersit dalam benaknya, hingga suatu ketika terjadi dialog panjang antara ayah dan anak, seperti yang kami kutip dari buku "Anak Cucu Nabi" di bawah ini :
Imam Ali bertanya kepada anaknya, Al-Hasan :
Imam Ali : Anakku, apakah yang dimaksud 'menutup' itu?
Al-Hasan : Ayahku, menutup adalah membalas kemungkaran dengan kebaikan.
Imam Ali : Apakah kemuliaan itu?
Al-Hasan : Kemuliaan adalah membangun kekeluargaan dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Imam Ali : Apakah kewibawaan (muru'ah) itu?
Al-Hasan : Muru'ah adalah menjaga kesucian diri dan memperbaiki urusan orang demi kebaikannya.
Imam Ali : Apakah kerendahan itu?
Al-Hasan : Kerendahan berarti memperhatikan urusan sepele dan enggan memberi kepada orang hina.
Imam Ali : Apakah celaan itu?
Al-Hasan : Celaan adalah seseorang menjaga dirinya dan menyerahkan mahkotanya.
Imam Ali : Apakah toleransi itu?
Al-Hasan : Toleransi adalah memberi diwaktu lapang maupun sempit.
Imam Ali : Apakah tamak itu?
Al-Hasan : Tamak adalah Anda melihat apa yang Anda miliki sebagai ketiadaan dan apa yang Anda infakkan sebagai kesia-siaan.
Imam Ali : Apakah persaudaraan itu?
Al-Hasan : Persaudaraan adalah memenuhi janji diwaktu suka maupun duka.
Imam Ali : Apakah 'ghanimah' itu?
Al-Hasan : Ghanimah adalah senang berbuat taqwa dan berlaku zuhud di dunia.
Imam Ali : Apakah santun itu?
Al-Hasan : Santun adalah menahan murka dan mengendalikan gejolak jiwa.
Imam Ali : Apakah kaya itu?
Al-Hasan : Kaya adalah jiwa ridha terhadap bagian yang diberikan Allah meskipun sedikit, karena sesungguhnya orang kaya adalah orang yang kaya hatinya.
Imam Ali : Apakah fakir itu?
Al-Hasan : Fakir adalah perangai jiwa yang buruk terhadap segala hal.
Imam Ali : Apakah kuat itu?
Al-Hasan : Kuat adalah bertahan di saat kondisinya sangat terhimpit dan melawan manusia paling berbahaya.
Imam Ali : Apakah hina itu?
Al-Hasan : Hina adalah menjadi takut ketika dihadapkan kenyataan.
Imam Ali : Apakah kriminalitas itu?
Al-Hasan : Kriminalitas adalah menyetujui teman-teman berbuat jahat.
Imam Ali : Apakah beban itu?
Al-Hasan : Beban adalah Anda berbicara mengenai masalah yang tidak berguna bagi Anda.
Imam Ali : Apakah kemuliaan itu?
Al-Hasan : Kemuliaan adalah Anda memberi ketika Anda baru menyiratkan pemberian tersebut dalam batinmu dan memaafkan orang yang berbuat jahat kepadamu.
Imam Ali : Apakah berakal itu?
Al-Hasan : Kalbu memelihara setiap apa yang seharusnya dirahasiakan.
Imam Ali : Apakah ketololan itu?
Al-Hasan : Ketololan adalah Anda melawan pemimpinmu dan Anda bersuara lebih keras melebihi suaranya.
Imam Ali : Apakah sanjungan itu?
Al-Hasan : Sanjungan adalah menyebut-nyebut kebaikan orang lain dan meninggalkan keburukannya.
Imam Ali : Apakah keteguhan itu?
Al-Hasan : Sabar,lemah lembut terhadap bawahan dan berhati-hati dari manusia dengan prasangka buruk, itulah keteguhan.
Imam Ali : Apakah kehormatan itu?
Al-Hasan : Menghormati hak-hak berteman dan memelihara hak-hak bertetangga.
Imam Ali : Apakah menghinakan diri itu?
Al-Hasan : Menghinakan diri adalah mengikuti kehinaan dan berteman dengan orang-orang durhaka.
Imam Ali : Apakah kelalaian itu?
Al-Hasan : Kelalaian adalah Anda meninggalkan masjid dan taat kepada orang yang berbuat kerusakan.
Imam Ali : Apakah larangan itu?
Al-Hasan : Larangan adalah Anda menolak bagian yang telah diberikan kepadamu.
Imam Ali : Siapakah tuan itu?
Al-Hasan : Tuan yang paling bodoh dalam urusan harta, ringan tangan dengan kekayaannya, dicela namun tidak menjawab pembicaraan orang tentang urusan kekeluargaan, ia itulah tuan.
Alhamdulillah. Inilah penggalan kutipan dialog antara Imam Ali dan putranya Al-Hasan yang kami kutip dari buku "Anak Cucu Nabi" oleh : Syaik Abdul Mun'im Al-Hasyimi.
Al-Hasan sangat dekat dengan ayahnya. Ia senantiasa berbicara jujur kepada ayahnya dan menyampaikan dengan terbuka apa yang terbersit dalam benaknya, hingga suatu ketika terjadi dialog panjang antara ayah dan anak, seperti yang kami kutip dari buku "Anak Cucu Nabi" di bawah ini :
Imam Ali bertanya kepada anaknya, Al-Hasan :
Imam Ali : Anakku, apakah yang dimaksud 'menutup' itu?
Al-Hasan : Ayahku, menutup adalah membalas kemungkaran dengan kebaikan.
Imam Ali : Apakah kemuliaan itu?
Al-Hasan : Kemuliaan adalah membangun kekeluargaan dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Imam Ali : Apakah kewibawaan (muru'ah) itu?
Al-Hasan : Muru'ah adalah menjaga kesucian diri dan memperbaiki urusan orang demi kebaikannya.
Imam Ali : Apakah kerendahan itu?
Al-Hasan : Kerendahan berarti memperhatikan urusan sepele dan enggan memberi kepada orang hina.
Imam Ali : Apakah celaan itu?
Al-Hasan : Celaan adalah seseorang menjaga dirinya dan menyerahkan mahkotanya.
Imam Ali : Apakah toleransi itu?
Al-Hasan : Toleransi adalah memberi diwaktu lapang maupun sempit.
Imam Ali : Apakah tamak itu?
Al-Hasan : Tamak adalah Anda melihat apa yang Anda miliki sebagai ketiadaan dan apa yang Anda infakkan sebagai kesia-siaan.
Imam Ali : Apakah persaudaraan itu?
Al-Hasan : Persaudaraan adalah memenuhi janji diwaktu suka maupun duka.
Imam Ali : Apakah 'ghanimah' itu?
Al-Hasan : Ghanimah adalah senang berbuat taqwa dan berlaku zuhud di dunia.
Imam Ali : Apakah santun itu?
Al-Hasan : Santun adalah menahan murka dan mengendalikan gejolak jiwa.
Imam Ali : Apakah kaya itu?
Al-Hasan : Kaya adalah jiwa ridha terhadap bagian yang diberikan Allah meskipun sedikit, karena sesungguhnya orang kaya adalah orang yang kaya hatinya.
Imam Ali : Apakah fakir itu?
Al-Hasan : Fakir adalah perangai jiwa yang buruk terhadap segala hal.
Imam Ali : Apakah kuat itu?
Al-Hasan : Kuat adalah bertahan di saat kondisinya sangat terhimpit dan melawan manusia paling berbahaya.
Imam Ali : Apakah hina itu?
Al-Hasan : Hina adalah menjadi takut ketika dihadapkan kenyataan.
Imam Ali : Apakah kriminalitas itu?
Al-Hasan : Kriminalitas adalah menyetujui teman-teman berbuat jahat.
Imam Ali : Apakah beban itu?
Al-Hasan : Beban adalah Anda berbicara mengenai masalah yang tidak berguna bagi Anda.
Imam Ali : Apakah kemuliaan itu?
Al-Hasan : Kemuliaan adalah Anda memberi ketika Anda baru menyiratkan pemberian tersebut dalam batinmu dan memaafkan orang yang berbuat jahat kepadamu.
Imam Ali : Apakah berakal itu?
Al-Hasan : Kalbu memelihara setiap apa yang seharusnya dirahasiakan.
Imam Ali : Apakah ketololan itu?
Al-Hasan : Ketololan adalah Anda melawan pemimpinmu dan Anda bersuara lebih keras melebihi suaranya.
Imam Ali : Apakah sanjungan itu?
Al-Hasan : Sanjungan adalah menyebut-nyebut kebaikan orang lain dan meninggalkan keburukannya.
Imam Ali : Apakah keteguhan itu?
Al-Hasan : Sabar,lemah lembut terhadap bawahan dan berhati-hati dari manusia dengan prasangka buruk, itulah keteguhan.
Imam Ali : Apakah kehormatan itu?
Al-Hasan : Menghormati hak-hak berteman dan memelihara hak-hak bertetangga.
Imam Ali : Apakah menghinakan diri itu?
Al-Hasan : Menghinakan diri adalah mengikuti kehinaan dan berteman dengan orang-orang durhaka.
Imam Ali : Apakah kelalaian itu?
Al-Hasan : Kelalaian adalah Anda meninggalkan masjid dan taat kepada orang yang berbuat kerusakan.
Imam Ali : Apakah larangan itu?
Al-Hasan : Larangan adalah Anda menolak bagian yang telah diberikan kepadamu.
Imam Ali : Siapakah tuan itu?
Al-Hasan : Tuan yang paling bodoh dalam urusan harta, ringan tangan dengan kekayaannya, dicela namun tidak menjawab pembicaraan orang tentang urusan kekeluargaan, ia itulah tuan.
Alhamdulillah. Inilah penggalan kutipan dialog antara Imam Ali dan putranya Al-Hasan yang kami kutip dari buku "Anak Cucu Nabi" oleh : Syaik Abdul Mun'im Al-Hasyimi.
0 komentar:
Posting Komentar