Betapa agungnya ketika orang akhirnya melihat saya sebagai syiah. Tapi begitu kecilnya, ketika diri mengetahui bahwa aku bukanlah seorang syiah.
Karena Imam Ja’far Ash-Shadiq as. berkata: “Wahai orang-orang Syi’ah, jadilah hiasan bagi kami dan jangan menjadi noda untuk kami, berbicaralah santun kepada masyarakat, jagalah lidah kalian, dan hindarilah campur tangan dalam urusan orang lain dan perkataan yang buruk..”
Aku sungguh belum sanggup mencapai hal itu..
Dan jangan pernah bilang jika aku syiah, karena kata Imam Ja’far Ash-Shadiq lagi :
“Syi’ah kami adalah warak dan pekerja, mereka adalah orang-orang yang percaya dan terpercaya, ahli zuhud dan ibadah, se-nantiasa menunaikan lima puluh satu rakaat shalat sehari semalam, orang-orang yang terjaga di malam hari dan berpuasa di siang hari. Mereka menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram … dan menjaga diri dari segala yang haram”.
Sungguh, aku tidak akan mampu mendekati dari kriteria yang ada.
Aku sangat sedih ketika aku dituding syiah, karena kata Imam Jafar as :
“Demi Allah, Syi’ah Ali as. tidak lain adalah orang yang suci perut dan kemaluannya, orang yang beramal hanya untuk Penciptanya, dan mengharapkan pahala-Nya serta takut akan siksa-Nya”.
Aku hanya mampu melihat dari luar, karena aku tahu sangat banyak yang harus aku perbaiki dalam diriku.
Karena itu jangan pernah tuduh aku sebagai syiah, sebab beliau berkata lagi :
“Wahai Syi’ah keluarga Muhammad saw.! Sesungguhnya bukanlah dari kami orang yang tidak menguasai dirinya pada saat marah, tidak berkata sopan pada orang yang berbicara dengannya, tidak menjaga persahabatannya dengan orang yang ber-samanya, dan tidak memegang janji perdamaian dengan orang yang mengajaknya berdamai”.
Semakin faham betapa berat menjadi Syiah, maka semakin kecil rasanya hatiku. Apalagi ketika kalian mengejekku sebagai syiah. Sungguh malu diriku rasanya ketika Imam Ja’far Ash-Shadiq as. berkata :
“Ujilah Syi’ah kami di waktu shalat;
bagaimana mereka menjaga waktu-
waktu-nya? Dan bagaimana mereka
menjaga rahasia kami dari musuh-musuh kita?”.
Betapa aku merasa jauh dari semua kriteria syiah. Aku bukanlah syiah. Aku hanya mencoba patuh pada Imamku dan berusaha yang terbaik supaya hidupku menjadi lebih baik.
“Sampaikanlah salam kepada
siapa saja dari mereka yang kamu pandang patuh padaku dan mendengarkan kata-kataku, wasiatkanlah pada mereka takwa kepada Allah swt, warak dalam beragama, usaha keras demi Allah, jujur dalam berbicara, menjalankan amanat, lama dalam sujud dan baik dalam bertetangga, karena Nabi saw. datang dengan membawa ajaran-ajaran tersebut.
Laksanakanlah amanat kalian secara penuh untuk orang yang mempercayakanmu agar menjaganya, baik dia orang yang saleh maupun orang yang jahat, karena Nabi saw. senantiasa menganjurkan masyarakat agar menyelesaikan kontrak yang telah disepakati bersama.
Jagalah silaturahmimu dengan keluarga, hadirilah jenazah mereka, jenguklah mereka yang sakit, penuhilah hak-hak mereka, karena orang yang warak dalam beragama, jujur dalam bertutur kata, setia dalam amanat dan berbudi pekerti
kepada masyarakat, niscaya orang lain akan menyebutnya sebagai Ja’fari (pengikut Imam Ja’far Ash-Shadiq as.),
Dengan begitu dia telah menggembirakanku dan membuat hatiku senang...."
Sungguh, aku bukan syiah.. Sedikitpun tidak akan menyamai..
- Source : allaboutahlulbait.blogspot.sg
Karena Imam Ja’far Ash-Shadiq as. berkata: “Wahai orang-orang Syi’ah, jadilah hiasan bagi kami dan jangan menjadi noda untuk kami, berbicaralah santun kepada masyarakat, jagalah lidah kalian, dan hindarilah campur tangan dalam urusan orang lain dan perkataan yang buruk..”
Aku sungguh belum sanggup mencapai hal itu..
Dan jangan pernah bilang jika aku syiah, karena kata Imam Ja’far Ash-Shadiq lagi :
“Syi’ah kami adalah warak dan pekerja, mereka adalah orang-orang yang percaya dan terpercaya, ahli zuhud dan ibadah, se-nantiasa menunaikan lima puluh satu rakaat shalat sehari semalam, orang-orang yang terjaga di malam hari dan berpuasa di siang hari. Mereka menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram … dan menjaga diri dari segala yang haram”.
Sungguh, aku tidak akan mampu mendekati dari kriteria yang ada.
Aku sangat sedih ketika aku dituding syiah, karena kata Imam Jafar as :
“Demi Allah, Syi’ah Ali as. tidak lain adalah orang yang suci perut dan kemaluannya, orang yang beramal hanya untuk Penciptanya, dan mengharapkan pahala-Nya serta takut akan siksa-Nya”.
Aku hanya mampu melihat dari luar, karena aku tahu sangat banyak yang harus aku perbaiki dalam diriku.
Karena itu jangan pernah tuduh aku sebagai syiah, sebab beliau berkata lagi :
“Wahai Syi’ah keluarga Muhammad saw.! Sesungguhnya bukanlah dari kami orang yang tidak menguasai dirinya pada saat marah, tidak berkata sopan pada orang yang berbicara dengannya, tidak menjaga persahabatannya dengan orang yang ber-samanya, dan tidak memegang janji perdamaian dengan orang yang mengajaknya berdamai”.
Semakin faham betapa berat menjadi Syiah, maka semakin kecil rasanya hatiku. Apalagi ketika kalian mengejekku sebagai syiah. Sungguh malu diriku rasanya ketika Imam Ja’far Ash-Shadiq as. berkata :
“Ujilah Syi’ah kami di waktu shalat;
bagaimana mereka menjaga waktu-
waktu-nya? Dan bagaimana mereka
menjaga rahasia kami dari musuh-musuh kita?”.
Betapa aku merasa jauh dari semua kriteria syiah. Aku bukanlah syiah. Aku hanya mencoba patuh pada Imamku dan berusaha yang terbaik supaya hidupku menjadi lebih baik.
“Sampaikanlah salam kepada
siapa saja dari mereka yang kamu pandang patuh padaku dan mendengarkan kata-kataku, wasiatkanlah pada mereka takwa kepada Allah swt, warak dalam beragama, usaha keras demi Allah, jujur dalam berbicara, menjalankan amanat, lama dalam sujud dan baik dalam bertetangga, karena Nabi saw. datang dengan membawa ajaran-ajaran tersebut.
Laksanakanlah amanat kalian secara penuh untuk orang yang mempercayakanmu agar menjaganya, baik dia orang yang saleh maupun orang yang jahat, karena Nabi saw. senantiasa menganjurkan masyarakat agar menyelesaikan kontrak yang telah disepakati bersama.
Jagalah silaturahmimu dengan keluarga, hadirilah jenazah mereka, jenguklah mereka yang sakit, penuhilah hak-hak mereka, karena orang yang warak dalam beragama, jujur dalam bertutur kata, setia dalam amanat dan berbudi pekerti
kepada masyarakat, niscaya orang lain akan menyebutnya sebagai Ja’fari (pengikut Imam Ja’far Ash-Shadiq as.),
Dengan begitu dia telah menggembirakanku dan membuat hatiku senang...."
Sungguh, aku bukan syiah.. Sedikitpun tidak akan menyamai..
- Source : allaboutahlulbait.blogspot.sg
0 komentar:
Posting Komentar