Sabtu, 30 Juli 2016

Mutiara Hikmah dari Imam Hasan Askari as


Imam Hasan al-Askari as, putra Imam Ali al-Hadi, dilahirkan pada 8 Rabiul Akhir tahun 232 Hijriah di kota Madinah. Beliau memangku tugas imamah pada usia 22 tahun, setelah ayahnya meneguk cawan syahadah. Di usia yang masih sangat muda itu, beliau mendapat mandat Ilahi untuk menjadi pelita hidayah bagi umat manusia. Julukan al-Askari yang beliau sandang merujuk pada suatu tempat yang bernama Askar, di dekat kota Samarra, Irak. Ibu Imam Askari bernama Haditsa, meski ada juga yang menyebut ibu beliau bernama Susan atau Salil. Setelah sang ayah wafat, Imam Hasan Askari as hidup selama 6 tahun, dan sepanjang itulah masa kepemimpinannya.



Kelahiran manusia-manusia suci dari Ahlul Bait Nabi as senantiasa membawa keberkahan dan kemuliaan bagi umat Islam. Ahlul Bait as adalah insan-insan mulia yang menjadi teladan dan lentera bagi umat manusia dalam merajut jalan kebenaran. Salah satu misi global Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya adalah menyampaikan dan mengawal ajaran agama dan pemikiran-pemikiran Islam. Rasul Saw dan para penerus misi beliau telah mengemban tugas tersebut sesuai dengan kondisi sulit di masa itu. Mereka semua memikul dua tugas utama yaitu, memberi petunjuk dan pencerahan kepada masyarakat, dan memperingatkan mereka akan pemikiran-pemikiran menyimpang.

Imam Askari as sepanjang hidupnya tidak pernah alpa memerangi kezaliman dan penindasan di tengah masyarakat. Imam Askari as senantiasa berada dalam pengawasan para penguasa Dinasti Abbasiyah, karena adanya riwayat-riwayat dari Nabi Saw yang menguatkan bahwa Imam Mahdi as – sang juru selamat – akan terlahir ke dunia sebagai putra Imam Askari as. Oleh karena itu, para penguasa merasa takut akan kemunculannya yang akan memenuhi dunia ini dengan keadilan.

Meski menghadapi kondisi sulit, Imam Askari as berhasil menyebarluaskan nilai-nilai dan pemikiran murni Islam di tengah masyarakat. Pernyataan rasional dan argumentatif Imam Askari as dalam menjawab berbagai ketimpangan dan penyimpangan, membuktikan bahwa beliau memiliki program komprehensif untuk menyebarkan kebenaran Islam. Imam Askari as aktif menghalau pemikiran-pemikiran sesat yang menyerang masyarakat Islam pada masa itu. Beliau mengambil sikap tegas dan jelas terhadap berbagai kelompok dan mazhab pemikiran seperti, sufisme, ghulat, politeisme, dan pemikiran-pemikiran sesat lainnya.

Imam Askari as menilai pengabdian tulus kepada masyarakat sebagai dimensi dari iman dan selalu menekankan kepada para pengikutnya untuk berlaku baik dan terpuji. Banyak ayat al-Quran juga menyebut kata amal shaleh setelah kata iman. Oleh karena itu, Imam Askari as menganggap pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu contoh dari beramal shaleh. Beriman kepada Allah Swt dan mengabdi kepada manusia merupakan dua dasar untuk membangun masyarakat yang sehat. Kitab suci al-Quran juga sangat menekankan manusia untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Sebaliknya, Allah Swt melarang manusia untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan maksiat.

Di antara nilai-nilai luhur Islam adalah memberi perhatian kepada sesama, bekerjasama dalam kebaikan, dan mengabdikan diri untuk masyarakat. Dari berbagai ayat dan riwayat terlihat jelas bahwa tidak ada perbuatan lain – setelah menunaikan kewajiban – seperti berbuat baik dan mengabdi kepada masyarakat, yang akan mendekatkan seseorang kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, para nabi dan imam maksum senantiasa mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan membantu mereka dalam kebaikan. Imam Askari as berkata, "Dua perkara yang tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi darinya yaitu, beriman kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama."

Imam Askari as selalu menekankan kepada para pengikutnya untuk bersikap jujur, membersihkan diri dan beramal shaleh. Hal ini beliau lakukan demi menjaga ajaran suci Islam. Imam menyadari sepenuhnya usaha memperdalam dan menyebarkan ajaran Islam terletak pada penerapan nilai-nilai Islam itu sendiri. Karena ketika iman dan amal saling berhubungan dengan kokoh, maka pengaruhnya pun semakin kuat. Oleh karena itu, Imam Askari as menekankan kepada para pengikutnya untuk mengoreksi diri dan tidak memandang remeh dosa.

Dalam perspektif Imam Askari as, para pengikut sejati Ahlul Bait as adalah mereka yang bersikap seperti para pemimpin agamanya dalam menjalankan ajaran Ilahi dan meninggalkan larangannya serta mengabdi kepada sesama. Ketika mendefinisikan kata Syiah, Imam Askari as berkata, "Para pengikut dan Syiah Ali adalah mereka yang memprioritaskan saudara-saudara seiman dari dirinya meskipun ia sendiri butuh."

Memperhatikan pentingnya pengabdian kepada masyarakat, Imam Askari as juga mengingatkan para ulama dan intelektual untuk tidak melupakan tanggung jawab besar itu. Beliau as berkata, "Kelompok ulama dan intelektual pengikut kami yang berusaha memberi pencerahan dan mengatasi masalah para pecinta kami, pada hari kiamat mereka akan tiba di padang mahsyar dengan memakai mahkota kemuliaan dan cahaya mereka menerangi semua tempat dan semua penduduk mahsyar memperoleh manfaat darinya."

Imam Askari as menyerukan kepada umat Islam untuk berakhlak mulia di tengah masyarakat. Beliau berkata, "Allah Swt senantiasa mengingatkan agar bertakwa dan jadilah keindahan bagi kami dengan amalmu. Kami bahagia, jika salah seorang dari kalian bersikap wara dan jujur, menjalankan amanah dan berbuat baik kepada orang lain."

Selain berbuat baik kepada sesama, perintah lain yang sangat ditekankan Islam dalam Quran dan Sunnah Rasul adalah berfikir. Kekuatan pemikiran adalah anugerah Allah Swt yang hanya diberikan kepada manusia. Berbagai kemajuan sains dan teknologi merupakan berkah nikmat akal dan pemikiran. Dengan kemampuan besar ini, manusia mampu menyingkap berbagai rahasia alam semesta.Terkait hal ini, Imam Askari as berkata, "Ibadah bukan dilihat dari banyaknya shalat dan puasa, namun berfikir dan beribadah kepada Tuhan."

Berikut ini kami sajikan ucapan penuh hikmah dari Imam Askari as pada hari syahadahnya, "Saya berwasiat kepada kalian untuk bertakwa dalam agama, berusaha demi Allah semata, jujur, bersikap amanah dan berbuat baik dengan tetangga. Bertakwalah kepada Allah dan jadilah hiasan kami. Perbanyaklah zikir kepada Allah, mengingat mati, membaca al-Quran dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Karena bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw memiliki sepuluh kebaikan. Bila ada di antara kalian yang bertakwa dalam agamanya, jujur dalam ucapannya, amanah dan berakhlak mulia terhadap masyarakat, maka orang yang seperti ini dapat dikatakan sebagai pengikut kami. Perbuatan seperti ini yang membuatku gembira dan membuatku meminta kalian untuk konsisten. Aku menyerahkan kalian kepada Allah dan salam buat kalian."           

Imam Askari diracun dan syahid pada 8 Rabiul Awwal 260 Hijriah. Beliau dimakamkan di samping ayahnya, Imam Ali al-Hadi as, di kota Samarra, Irak. Berikut ini, kami sajikan dua mutiara hikmah dari Imam Hasan Askari as, "Tidak ada kemuliaan bagi orang yang meninggalkan kebenaran, dan tidak ada kehinaan bagi orang yang mengamalkannya." "Seluruh keburukan telah terkumpul dalam satu rumah, dan kuncinya adalah dusta." (IRIB Indonesia)


- Source : indonesian.irib.ir

0 komentar:

Posting Komentar