Jumat, 06 Februari 2015

Berbeda (Syiah) itu Sesat

Mengapa mereka berbeda 

Apa dalil atau alasan bagi mereka melakukannya
Apakah itu berarti orang yang berbeda itu berarti mereka sesat
Beberapa belakangan ini muncul kasus pertikaian antar mazhab yang terjadi di Sampang, Madura. Pertikaian yang terjadi antar sesama muslim yang berbeda mazhab. Mungkin akan lain ceritanya jika yang bertikai adalah sesama mazhab ahlussunnah, tetapi yang terjadi adalah antara mazhab ahlussunnah dengan mazhab ahlulbait biasa disebut mazhab imamiyah atau yang lebih dikenal dengan syiah.
Masih banyak pertanyaan yang timbul, ketika kita melihat seseorang melaksanakan ibadah-ibadah yang berbeda dengan kebanyakan orang. Walaupun mungkin kita tidak langsung mengucapkannya kepada yang bersangkutan, tapi pasti dalam benak kita akan muncul pertanyaan, “Kok gitu?”.  
Mengapa saya di sini memilih syiah, bukan ahmadiyah, bukan JIL, atau yang lainnya.  Hal ini tidak terlepas karena kehidupan pribadi saya. Saya pribadi (penulis) memiliki sedikit pengalaman dan pengetahuan tentang syiah secara langsung selama kurang lebih tiga tahun. Bukan hanya saya sendiri yang ahlussunnah saat itu, tapi terdapat puluhan bahkan ratusan orang yang belajar di sana yang bermazhab ahlusunnah bahkan hingga mereka luluspun masih bermazhab ahlussunnah.
Dalam kehidupan sehari-hari kami (sunni) bertemu dengan kaum “syi’i” (sebutan bagi orang syiah), bahkan berinteraksi dengan mereka. Mulai dari bangun tidur hingga bangun tidur lagi (saya dibesarkan di dalam pesantren yang di dalamnya terdapat kaum syiah). Saya tidak pernah menyesali hal itu, justru saya sangat bersyukur. Dengan mengetahuinya secara langsung dari mereka, membuat saya tidak mudah terprovokasi.
Seiring berjalannya waktu, setiap kegiatan yang kami lakukan di dalam pesantren tidak pernah satupun kami melihat suatu ajaran yang bertentangan dengan ajaran islam yang selama ini banyak digembor-gemborkan di luar sana. Tidak pernah satupun saya menemukan apa-apa yang sering diucapkan oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa,
Al quran mereka (syiah) berbeda dengan dengan al quran kaum sunni,
Akidah, rukun iman dan islam syiah berbeda,
Dalam syiah terdapat seks bebas (nikah mut’ah atau kawin kontrak)  
Sholat hanya tiga waktu,
Tidak wajib sholat jum’at,
Tidak ada terawih di bulan ramadhan,
Wudhu dan sholatnya berbeda,
Ber-taqiyah dihadapan kaum sunni agar mereka mau masuk syiah,
Menuhankan imam mereka, dan masih banyak lagi..
Timbul lagi pertanyaan dalam hati kami, Apakah mungkin dari mereka saling berjanji antara satu dengan yang lain untuk selalu bertaqiyah dihadapan kami semua orang sunni?.
Apakah mungkin kami yang sunni tidak mengetahui (hal-hal yang di katakan orang-orang tentang kesesatan mereka) selama itu?.
Pastinya tidak.
Memang benar terdapat beberapa perbedaan-perbedaan dalam hal ibadah serta keyakinan. Namun perbedaan itu bukanlah hal yang fundamental yaitu ushuludin. Mereka hanya berbeda dalam hal furu’ (cabang) yang biasanya dibahas dalam kitab fikih. Padahal, perbedaan sunni syiah yang prinsipil, terletak pada persoalan tokoh pengganti Nabi Saw sebagai pemimpin sepeninggal beliau, baik dalam bidang pemerintahan ataupun keagamaan. Syiah berkeyakinan bahwa, Nabi Muhammad Saw, telah berwasiat dan menunjuk Imam Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti beliau, sedangkan kaum ahlusunnah berpendapat lain. Mereka berkeyakinan bahwa Nabi Saw tidak mewasiatkan jabatan tersebut kepada siapapun.
Apakah itu berarti mereka sesat?

Mayoritas masyarakat di Indonesia adalah bermazhab ahlussunnah. Ahlussunnah sendiri juga terbagi menjadi empat mazhab, yaitu mazhab syafi’i (dianut mayoritas masyarakat Indonesia), mazhab hanafi, mazhab maliki, dan mazhab hambali (selanjutnya akan disebut sunni). Pemberian nama mazhab itu sendiri jika dilihat adalah berasal dari imam mazhabnya masing-masing. Biasanya masyarakat ketika ditanya, “Mazhabnya apa?”, Mereka umumnya akan menjawab, “Mazhab saya ahlussunah wal jama’ah”, tanpa disertai dengan “embel-embel” salah satu dari keempat mazhab ahlussunah di atas.
Syiah sendiri adalah salah satu mazhab dalam islam. Ia banyak dianut di Negara Timur Tengah, sperti Iran, Iraq, Syiria, Libanon, Kuwait, Yaman, serta daerah lain seperti India, Pakistan, Afganistan, dan lainnya. Di Indonesia sendiri, syiah juga berkembang di beberapa daerah. Namun dalam perjalanannya banyak mendapat kritikan, cemohan, bahkan hujatan dikarenakan beberapa hal dalam pelaksanaan aktifitas keagamaannya berbeda dengan ahlussunnah atau sunni. Mungkin nanti di lain kesempatan, saya akan menjelaskan apa itu syiah secara lebih terperinci.
Oleh karena itu, saya merasa sangat sedih dan prihatin akan hal ini. Mereka hanya membaca literatur-literatur yang diterbitkan oleh kaum orientalis yang umumnya membenci islam dan kaum muslim, sehingga mereka berusaha sebisa mungkin memutarbalikkan fakta-fakta dengan harapan akan memecah belah dan memperlemah ikatan persaudaraan antar sesame muslim. Sehingga dengan sendirinya para pembaca yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup akan mudah mengatakan mereka syiah sesat. Bahkan ketika mereka mengajak beragumen dan mengeluarkan dalil-dalilnya, kita mengatakan, “ah, paling juga taqiyah (berdusta)!”.
Bagaimanapun juga, seseorang yang ingin mengetahui tentang  suatu kelompok atau aliran, seharusnya tidak hanya membaca dan mempelajari literatur yang ditulis oleh orang luar saja, tapi lebih penting lagi mempelajari sebanyak mungkin dari sumber-sumber aslinya. Sehingga mengetahui mana hal-hal yang prinsipil dan mana yang tidak.
Bahkan Allah SWT, memberikan arahan kepada kita tentang segala macam berita dan informasi agar kita lebih teliti kebenarannya (isi berita tersebut). Bukan langsung menerimanya.
  
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu “ (Al-Hujuraat: 6)
Beberapa artikel mungkin memuat tentang perbedaan sunni syiah, baik dalam hal ibadah, politik, sejarah dan lain sebagainya. Tidak ada niat menghasut atau memprovokasi, namun lebih kepada berbagi ilmu serta amar ma’ruf nahi mungkar.
Semoga setelah membaca artikel-artikel di blog ini, dapat membuka pikiran kita. Berfikir lebih jernih akan tentang hal  perbedaan. Bukankah Allah SWT sendiri tidak pernah menciptakan manusia sama antara yang satu dengan yang lain. Memang dibeberapa tempat terdapat kemiripan, namun dipastikan semua itu berbeda.
All’s different, because different it’s beautiful.


0 komentar:

Posting Komentar