"Kami tidak secara naif berurusan dengan Iran sebagaimana tindakan sejumlah negara, dan kita tidak harus meninggalkan dialog meskipun pernyataan bermusuhan dari Tehran" kata Obama.
Presiden Barack Obama pada Kamis, 21/04/16, dalam pertemuan Puncak negara-negara PGCC di Riyadh, menegaskan, baik Amerika Serikat maupun negara-negara Teluk Arab sama-sama tidak memiliki kepentingan konflik dengan Iran, dan menyebut Assad harus turun dari kekuasaan.
"Bahkan dengan kesepakatan nuklir kita mengakui secara kolektif bahwa kita terus mempunyai keprihatinan serius terkait perilaku Iran", kata Obama pada penutupan pertemuan puncak di ibukota Saudi dengan enam negara Gulf Cooperation Council(P-GCC).
"Kami tidak secara naif berurusan dengan Iran sebagaimana tindakan sejumlah negara, dan kita tidak harus meninggalkan dialog meskipun pernyataan bermusuhan dari Tehran" kata Obama.
Obama juga menuduh tindakan destabilisasi Iran di wilayah tersebut namun tidak ada niat untuk berkonflik dengan Tehran, "Tak satu pun dari bangsa kita memiliki kepentingan konflik dengan Iran.
Kesepakatan nuklir dengan Iran menjadi pusat ketegangan antara negara-negara Teluk Arab dan Washington.
Negara-negara Teluk merasa prihatin dengan apa yang mereka lihat sebagai langkah dukungan dan dukungan lebih dekat Obama dengan Iran yang menjadi rival mereka. Negara-negara P-GCC, merasa khawatir, Tehran akan berani mencari peran regional yang lebih besar setelah pencabutan sanksi di bawah kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Menyinggung soal kasus Suriah, Obama menekankan bahwa setiap solusi untuk mengatasi krisis Suriah yang tidak memiliki penyelesaian politik, tidak akan menyelesaikan konflik itu sendiri. Namun Obama masih bersikukuh Assad harus lengser dari kekuasaan.
"Kita tidak bisa membayangkan Bashar Assad dalam pemerintah Suriah di masa depan karena dia adalah bagian dari masalah dalam negeri", katanya.
Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab menuduh Iran campur tangan secara luas di seluruh wilayah, dan mendukung konflik di Yaman dan Suriah.
--Source : http://islamtimes.org/id/