Sudahkah Anda Bershalawat???

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)” HR an-Nasa’i (no. 1297)

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {56}

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. 33:56)

Ahlul Bait

مَثَلُ أَهْلِ بَيْتِي مَثَلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ

“Perumpamaan Ahlul baitku seperti kapal nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya maka dia akan selamat dan barangsiapa yang enggan maka dia akan tenggelam (binasa).”

Rabu, 19 April 2017

Mengenal TURBAH, Tempat Sujud Orang Syiah





Turbah (Bahasa Arab: :(تربة الحسين(ع) dalam istilah Syi’ah adalah tanah dan debu yang diambil dari kuburan Imam Husain As yang dinamakan dengan “Turbah Karbala” atau “Turbah Imam Husain As”. Menurut sebagian riwayat, Turbah Karbala memiliki keutamaan dan disunnahkan sujud di atasnya saat menunaikan salat. Dalam riwayat yang lain diterangkan bahwa turbah ini mempunyai beberapa pengaruh. Orang-orang Syi’ah membuat “turbah salat” dan “tasbih” dari tanah Karbala. Menajiskan turbah haram hukumnya dan makan sedikit darinya untuk pengobatan penyakit dibolehkan. Sebagian orang untuk mengurangi tekanan alam kubur mememdan sedikit darinya bersama jenazah.

Secara detail, batasan yang darinya dapat diambil turbah tidak bisa ditentukan. Menurut sebagian ulama Syi’ah, sampai jarak 5 Farsakh (± 27.5 KM) dari pusara Imam Husain As masih termasuk turbah.
Baca Juga Imam Ali dan Dua Orang Yahudi



Turbah Dalam Bahasa

Turbah dalam bahasa bermakna tanah. [1] Sebagian ulama memberikan kemungkinan bahwa tanah yang diambil disekitar setiap makam suci seperti makam Imam-imam Syiah, para Nabi As, syuhada dan orang-orang saleh dinamai turbah. Tetapi, makna yang umum atau makna khususnya adalah tanah makam Imam Husain As. Dan maksud kata “al-Thin” atau “Thinul Qabr” dalam riwayat-riwayat para Imam As juga makna ini. [2]

Abu Raihan Biruni[3] menyebut tempat ziarah Imam Husain dengan kalimat “Turbah Mas’udah” (tanah yang dibahagiakan). Bagi Syi’ah, Turbah senantiasa terhormat, suci dan menjadi syiar mereka. [4]


Turbah Dalam Hadis
Dalam sebuab hadis, Nabi Isa As ketika mengabarkan kepada Hawariyun tentang kesyahidan Imam Husain As menyinggung kehormatan turbahnya. [5][6] Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan dalam literatur-literatur Syi’ah dan Ahlusunnah yang menerangkan bahwa Nabi Saw mengetahui akan kesyahidan Imam Husain As. Pada sebagian riwayat itu diterangkan bahwa Jibril (atau Malaikat yang lain) membawa tanah merah Karbala pada Nabi Saw yang membuat hatinya tersentuh. Karena banyak terjadi perbedaan dalam hadis-hadis ini, khusunya terkait Malaikat yang membawa tanah tersebut, maka sebagian ulama menduga bahwa peristiwa ini terjadi beberapa kali. [7][8] Hadis-hadis ini diriwayatkan dari Nabi Saw melalui jalan sahabat baik laki-laki maupun perempuan termasuk isteri-isteri Nabi Saw. [9][10][11]


Memerahnya Warna Turbah

Berdasarkan sebagian hadis yang kebanyakan hadis-hadis itu dinukil dari Ummu Salamah[13] diterangkan bahwa Nabi Saw memberikan tanah yang dibawa Malaikat kepada beliau kepada Ummu Salamah dan dia menaruknya di dalam botol (atau baju atau kerudung), lalu beliau menjelaskan bahwa berubahnya tanah itu menjadi warna merah darah di hari Asyura pertanda kesyahidan Imam Husain As. [14] Dalam sebagian referensi, kandungan hadis ini dihitung sebagai bagian dari mukjizat Nabi Saw. [15]

Berubahnya warna turbah menjadi merah darah di hari Asyura juga dimuat pada sebagian laporan-laporan yang lain. [16]Dalam referensi-referensi Syi’ah, hadis-hadis ini dinukil dari Nabi Saw, Imam Baqir As, Imam Shadiq As melalui sekitar 10 perawi. [17] Pada sebagian referensi tersebut diterangkan bahwa Nabi Saw memberikan turbah sedikit kepada Ummu Salamah. Di hadis lain dijelaskan bahwa turbah ini masih tersimpan rapi hingga masa kematian Ummu Salamah. [18] dan menurut sebagian riwayat, turbah itu ada di sisi Imam Baqir As. [19] Pada sebagian doa-doa juga disinggung atau dijelaskan kejadian pembawaan turbah tersebut oleh Jibril. [20]


Hadis-hadis Imam Ali As Mengenai Turbah

Ada beberapa hadis mengenai turbah dinukil dari Imam Ali As, diantaranya adalah ketika beliau melewati Karbala pada perang Shiffin menukilkan hadis Nabi Saw tentang turbah pada sahabat-sahabatnya. [21] Secara zahir hadis ini terdengar dua kali; yaitu ketika Imam Ali As pergi ke perang Shiffin dan sepulang beliau darinya. [22] Dalam hadis lain dijelaskan tentang pengetahuan Imam Ali As akan tanah tempat syahadah Imam Husain As. [23] Menurut sebuah hadis, ketika Imam Ali As melewati Karbala selain menangis dan menyinggung peristiwa Asyura juga mengingatkan kehormatan tanah di sana. [24]


Hadis-hadis Dari Imam-imam Yang lain Terkait Turbah

Imam Husain As ketika sampai di Karbala, menukil hadis Ummu Salamah mengenai turbah. [25] Berdasarkan beberapa riwayat, Ummu Salamah menukilkan hadis ini pada Imam Husain di saat beliau berangkat dari Madinah. [26] Imam-imam Syiah yang lain juga menyampaikan perihal turbah ini, dan memujinya dengan sifat Mubarakah, Thahirah dan Miskah Mubarakah serta menekankan akan keutamaannya. [27] Ketika Imam Ridha As mengambil turbah maka menciumnya dan menangis. [28] Dalam sebagian hadis dijelaskan tentang kecintaan para Malaikat pada turbah ini. [29]


Keutamaan Sujud di Atas Turbah

Menurut hadis-hadis dan kitab-kitab fikih, turbah adalah benda terbagus yang dapat dijadikan tempat sujud. [30] Dalam sebagain riwayat diterangkan bahwa Imam Shadiq As menyimpan turbah (debu/tanah) Imam Husain As sedikit di dalam kantong sutera warna kuning, ketika salat beliau menuang turbah itu di sajadah dan sujud diatasnya. [31]Sesuai tuntunan hadis dan fikih, sujud di atas turbah dan membaca tasbih dengan menggunakan turbah dapat membuat hati lembut. [32]

Teks terkuno mengenai turbah dengan redaksi “لوح من طین القبر”; papan dari tanah kubur, dimuat pada surat resmi (tauqi’) Imam Mahdi Afs yang dikeluarkan pada tahun 308 sebagai jawaban dari pertanyaam-pertanyaan Muhammad bin Abdullah bin Ja’far Himyari. Pada hadis ini dan hadis-hadis lain, kesunnahan membaca zikir dengan tasbih yang terbuat dari turbah sangat ditekankan.[33] Syahid Awal memandang hadis-hadis ini mutawatir. [34]

wikishia.net





Catatan Kaki




  1. Ibnu Manzhur, Firuz Abadi, dibawah kata “ترب”
  2. Syahid Tsani, al-Fawāidil Milliyah li Syarhirrisalah al-Nafliyah, hlm. 211; Bahrani, al-Hadaiq al-Nādhirah fi Ahkamil Itrah al-Thahirah, jld.8, hlm. 261
  3. Biruni, Atsar al-Baqiyah, hlm.329
  4. Al Kasyiful Ghitha, al-Ardh wa al-Turbah al-Husainiyah, hlm.32
  5. Ibnu Babawaih, Uyun Akhbar al-Ridha, jld.2, hlm.531-532
  6. Shadri, “Khake Behesyt, hkm.22
  7. Bahrani, Awalimul Ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal min al-Ayat wa al-Akhbar wa al-Aqwal, jld.17, hlm. 124-131
  8. Amini, Siratuna wa Sunnatuna, hlm.53-129
  9. Ibnu Hanbal, al-Musnad, jld. 11, hlm. 207-208
  10. Mufid, al-Irsyad, jld.2, hlm. 129
  11. Alawi Syajari,Fadhlu Ziyaratil Husain, hlm. 90-92
  12.  [ http://hajj.ir/14/35909 ]
  13.  Muwahhid Abthahi Isfahani, jld.4, hlm. 218-242
  14. Abu Ya’la Mushili, jld. 6, hlm. 129-130; Khushaibi, hlm. 202-203; Ibnu Qulawaih, hlm. 59-61; Thabrani, jld.3, hlm. 108; Ibnu Syajari, jld.2, hlm. 82, pertemuan ke-29, hlm. 139-140; Hakim Naisyaburi, jld.5, hlm. 567
  15. Abu Naim, hlm. 553; Baihaqi, jld. 6, hlm. 468-470
  16. Maitsami Iraqi, hlm. 542; Dastghib, hlm. 123-124
  17. Thusi, 1414, hlm. 314-318, 330; Fadhl Thabrisi, jld.1, hlm. 428
  18. Ibnu Qulawaih, hlm. 60
  19. Thusi, 1414, hlm. 316
  20. Ibnu Qulawaih, hlm. 280, 282, 284, 285; Majlisi, jld.98, hlm. 118, 129
  21. Nashr bin Muzahim, hlm. 140; Ibnu Saad, hlm. 48-49; Ibnu Hanbal, jld. 1, hlm. 446; Abu Ya’la Mushili, jld. 1, hlm. 298; Ibnu Asakir, hlm.23423
  22. Muwahhid Abthahi Isfahani, jld. 4, hlm. 365-366
  23. Ibnu Saad, hlm. 48; Ibnu Qulawaih, hlm. 72
  24. Himyari, hlm. 26; Ibnu Qulawaih, hlm. 269-270
  25. Sibthu Ibnu Jauzi, hlm.225
  26. Khushaibi, hlm. 203; Mas’udi, hlm. 155; Ibnu Hamzah, 1412, hlm. 330-331; Muwahhid Abthahi Isfahani, jld. 4, hlm. 218-221
  27. Ibnu Qulawaih, hlm. 267-268, 270-271; Ashfari, hlm. 16-17; Majlisi, jld.98, hlm. 128-132
  28. Majlisi, jld.98, hlm.131
  29. Ibnu Qulawaih, hlm. 68; Mufid, Kitab al-Mazar, hlm. 151; Shadri, hlm. 49
  30. Ibnu Babawaih, Man la Yahduruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 268; Syahid Awal,al-Durus al-Syar’iah fi Fiqhil Imamiyah, jld.2, hlm. 26; Yusuf Bahrani, jld. 7, hlm 260; Naraqi, jld. 5, hlm. 266
  31. Thusi, Mishbahul Mutahajjid, hlm. 733; Dailami, jld. 1, hlm. 115; Muhammad Baqir Majlisi; jld. 82, hlm. 153; Al Kasyiful Ghitha, hlm. 39
  32. Majlisi,jld.2, hlm. 177
  33. Mufid, Kitabul Mazar, hlm. 150-151; Hasan Thabrisi, hlm. 281; Ibnu Masyhadi, hlm. 366-368; Hur Amili, jld. 2, hlm. 45545; Mjlisi, jld. 82, hlm. 333-340
  34. Syahid Awal, al-Durus al-syar’iyah fi Fiqhil Imamiyah, jld. 2, hlm. 26




Para Sahabat Setia Imam Ali




Salman Farsi adalah salah seorang sahabat yang paling utama Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali As.Terdapat banyak hadis dari para Imam Maksum As tentang hal ini. [1] Di antaranya Rasulullah Saw bersabda, “Salman adalah bagian dari kami, Ahlulbait.” [2]


Malik al-Asytar Nakha’i, Malik bin Harits Abd Yaghuts Nakha’i yang terkenal dengan Malik Asytar lahir di Yaman. Ia adalah orang yang pertama kali berbaiat kepada Imam Ali As. Malik Asytar menjadi komandan perang pada perang Jamal, Shifin dan Nahrawan. [3]

Abu Dzar, (Jundab bin Junadah) yang dikenal dengan nama Abu Dzar adalah orang keempat yang beriman kepada Nabi Muhammad Saw. [4]Setelah Nabi Muhammad wafat, ia adalah orang yang termasuk berdiri di barisan Imam Ali dan tidak berbaiat kepada Abu Bakar. [5]

Miqdad bin Amr (Miqdad bin Aswad Kandi) merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang beriman kepada Nabi Muhammad Saw dan memeluk agama Islam. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, Miqdad adalah salah seorang yang tidak berbaiat kepada Abu Bakar dan ia selalu setia menyertai Imam Ali As ketika beliau menjalani masa diam selama 25 tahun. [6]

Kumail bin Ziyad Kumail bin Ziyad al-Nakha’i termasuk salah seorang tabiin sahabat Rasulullah Saw dan sahabat setia Imam Ali As dan Imam Hasan As. [7] Ia adalah termasuk salah seorang penganut Syiah yang berbaiat kepada Imam Ali As pada masa-masa awal kekhalifahan Imam Ali As. Ia juga turut berperang dalam peperangan melawan musuh. [8] Ammar Yasir merupakan salah seorang yang pertama kali menyatakan keislamannya kepada Nabi Muhammad Saw dan termasuk salah satu kelompok yang pertama kali dari kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah. Ia berhijrah ke Habasyah dan setelah Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah, ia menggabungkan diri dengan Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw meninggal, ia tetap setia dan komitmen di jalan Ahlulbait dan Imam Ali As. Selama masa pemerintahan Umar bin Khatab untuk beberapa lama ia menjabat sebagai Gubernur di Kufah, namun karena ia adalah seorang yang adil dan hidup sederhana, beberapa orang menyiapkan kelengserannya. Kemudian ia kembali ke Madinah dan berada di samping Imam Ali As lalu mengambil ilmu dari beliau. [9]

Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) adalah putra paman Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali. Ibnu Abbas sangat banyak menukil hadis dari Nabi Muhammad Saw. [10] Ibnu Abbas selama masa pemerintahan para khalifah, berkeyakinan bahwa Imam Ali As mempunyai kelayakan akan kedudukan khilafah itu. Ia selama masa pemerintahan Imam Ali As turut serta dalam peperangan Jamal, Shifin dan Nahrawan dan menjadi gubernur Basrah atas perintah Imam Ali As. [11]

Muhammad bin Abu Bakar (putra Khalifah pertama). Ia lahir pada tahun ke-10 Hijriah. Ia berkeyakinan bahwa para khalifah sebelum Imam Ali As sejatinya telah melanggar hak kekhilafahan Imam Ali dan berkata bahwa tidak ada orang yang layak untuk menempati kedudukan khalifah kecuali Imam Ali As. [12] Ia turut ikut serta dan menolong Imam Ali dalam peperangan yang terjadi pada masa kekhlalifahannya: perang Jamal, perang Shiffin. Pada bulan Ramadhan tahun ke-36 H menjadi Gubernur di Mesir. Dan ia terbunuh ditangan pasukan Muawiyah pada bulan Shafar 38 H. [13]

Maitsam al-Tammar, Maitsam Tamar Asadi Kufi, merupakan sahabat setia Imam Ali As dan Imam Husain As. Ia termasuk anggota Syurtah al-Khamis (Lasykar Pembela Ali dan Keluarganya). Kelompok ini merupakan golongan yang bersumpah dengan Imam Ali sedemikian sehingga sampai titik akhir penghabisan akan menyertai dan menolong Imam Ali As. [14]

Uwais Qarni, Uwais bin Amir Muradi Qarni yang terkenal sangat zuhud. Ia beriman pada masa Nabi Muhammad Saw. [15] Uwais merupakan sahabat setia Imam Ali As dan berbaiat kepada beliau untuk setia selama hayat dikandung badan. Ia adalah penolong setia dan pembela Imam Ali As yang selalu hadir dalam peperangan yang terjadi. [16]

Zaid bin Shauhan adalah penolong setia Imam Ali yang selalu turut serta dalam peperangan yang terjadi pada masa kekhlaifahan Imam Ali As. Ia gugur syahid dalam perang Jamal oleh pasukan Nakitsin. [17]

Sa’sha’at bin Shauhan Abdi adalah sahabat Imam Ali yang ikut serta dalam peperangan yang terjadi pada masa kekhlaifahan Imam Ali As. [18] Ia termasuk orang-orang yang membaiat Imam Ali As segera setelah Umar meninggal. [19]





Catatan Kaki



  1. Majlisi, jld. 22, hlm. 343.
  2.  Shaduq, Uyun Akhbār al Ridhā, jld. 1, hlm. 70.
  3. Nahj al-Balāgha, terjemah Muh, Dasyti, hlm. 565.
  4. Ibnu Sa’d, jld. 4, hlm. 224.
  5. Dāirah al-Māarif Tasyayu’, jld. 1, pembahasan tentang Abu Dzar.
  6. Ya’qubi, jld. 1, hlm. 524.
  7. Qutbuddin Rawandi, Minhāj al-Barā’ah, jld. 21, hlm. 219, Mufid, Ikhtishāsh, hlm. 6.
  8. Mufid, Ikhtishāsh,hlm. 108.
  9. Kumpani, hlm. 108.
  10. Mufid, Amāli, hlm. 140.
  11. Mufid, Jamal, hlm. 265, Ibnu Muzahim, hlm. 410, Ibnu Abil Hadid, jld, 2, hlm. 273.
  12. Susytari, Qāmus Rijāl, jld. 7, hlm. 495 dan jld, 6 hlm 293.
  13. Ibrahim Muhammad, jld, 1, hlm. 224 dan 285; Zirkili, jld. 6, hlm. 220.
  14. Barki, hlm.3.
  15. Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 1, hlm. 179.
  16. Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 1, hlm. 179.
  17. Mufid, Jamal, hlm. 59.
  18. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, 289.
  19. Ya’qubi, jld. 2, hlm. 179.



Source : https://dialogsunnisyiah.com