Allah berfirman: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka hanya berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu. Sesungguhnya kami takut kepada Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan” Maka (karena keyakinan dan amal itu) Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.” (Surah Al-Insan ayat 8-11)
Suatu hari Imam Hasan dan Imam Husain sakit. Keduanya merupakan bunga hati Rasulullah saw. Ketika Nabi mendengar kabar sakitnya mereka, beliau bersama sebagian sahabat menjenguknya dan mengisyaratkan kepada Ali dengan berkata: “Wahai Abul Hasan, seandainya engkau bernadzar kepada Allah untuk kesembuhan mereka, semoga Allah memberikan kesembuhan pada mereka.” Kemudian Imam Ali, Sayyidah Fathimah dan budak perempuannya, Fiddah, bernadzar puasa selama 3 hari untuk kesembuhan Imam Hasan dan Imam Husain as. Tatkala Imam Hasan dan Imam Husain as sembuh, mereka ingin menunaikan nadzarnya berpuasa selama 3 hari, akan tetapi tidak ada makanan untuk buka puasa. Imam Ali meminjam 9 kilogram gandum dari seorang Yahudi bernama Syam’un. Kemudian Sayyidah Fathimah membuat 5 potong roti dari gandum itu sesuai dengan jumlah mereka. Saat tiba waktu berbuka puasa, makanan diletakkan di hadapan mereka. Ketka hendak menyantapnya, tiba-tiba seorang peminta-minta mengetuk pintu rumah dan berkata: “Assalamu ‘alaikum wahai Ahlulbait Nabi, aku seorang Muslim yang miskin, berilah aku makanan. Semoga Allah memberi kalian hidangan surga!” Ketika mendengarnya, mereka mengumpulkan roti tersebut dan memberikannya kepada orang itu. Mereka melewati malam tanpa merasakan makanan apapun kecuali air.
Esok harinya mereka kembali berpuasa, dan mereka menyiapkan beberapa roti untuk berbuka puasa. Ketika tiba waktu buka puasa, hidangan diletakkannya di hadapan mereka. Tapi sebelum mereka menyantap makanan itu, seseorang mengetuk pintu rumah dan berkata: “Aku anak yatim Muslim.” Dan dia berkata seperti orang peminta pertama. Mereka pun mengumpulkan makanan dan memberikan kepadanya. Mereka akhirnya melewati malam kedua ini seperti malam pertama tanpa merasakan makanan apapun.
Pada hari ketiga disaat buka puasa tiba dan hendak menyantap hidangan, yaitu makanan yang masih tersisa dari simpanan mereka, pintu rumah diketuk dan peminta kali ini adalah seorang tawanan. Dia meminta diberi makanan yang ada pada mereka. Kemudian mereka melakukan apa yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya dan memberikan roti kepadanya. Mereka kembali tidur malam dalam keadaan perut yang lapar.
Pada pagi harinya Imam Ali as memegang Hasan dan Husain menghadap Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw melihat mereka dalam keadaan gemetar seperti anak ayam yang kelaparan di depannya, Rasulullah berkata: “Melihat kalian membuatku bersedih!”
Rasulullah bersama mereka pergi dan berangkat untuk menemui putrinya, Sayyidah Fathimah as. Rasulullah menemukan putrinya dalam keadaan salat di mihrabnya. Punggung Sayyidah Fathimah as telah menyatu dengan perutnya dikarenakan beratnya rasa lapar hingga membuat matanya tenggelam (cekung). Nabi pun bersedih karenanya. Pada saat itu Jibril turun kepada Nabi dan berkata: “Terimalah wahai Rasulullah, Allah memberimu kabar gembira tentang Ahlulbaitmu.” Kemudian Jibril membacakan ayat mulia: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka hanya berkata),“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu.”
Kemudian Rasulullah mengabarkan berita gembira kepada Ahlulbaitnya tentang turunnya ayat dan penghormatan Allah kepada mereka dengan kedudukan dan kemuliaan ini.